Saturday, 6 February 2016

ISLAM AGAMA KESEIMBANGAN

 
Sebuah Do’a yang seringkali diucapkan oleh kaum muslimin sesudah shalat atau dalam Khutbah Jum’at adalah, “Ya Allah, Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat nanti, serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka”. Do’a ini mengandung makna yang amat dalam. Ia merupakan dambaan dan harapan  seluruh umat manusia dalam hidup dan kehidupannya.

Kebahagiaan abstrak. Kebahagiaan tidak dapat diukur dengan sesuatu benda, harta ilmu maupun status manusia. Kebahagiaan tidak dapat diwujudkan dengan banyaknya harta, tingginya ilmu dan terhormatnya status manusia. Harta, ilmu dan status apapun yang dimiliki manusia tidak dapat menjamin bahwa orang itu memperoleh kebahagiaan dalam hidup dan kehidupannya.

Kebahagiaan hanyalah dapat diperoleh dengan iman, bukan dengan harta, ilmu dan status manusia. Hanya orang yang berimanlah yang akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan orang berharta banyak, berilmu tinggi, dan memiliki status terhormat, kecuali jika harta, ilmu dan status itu dilandasi dengan iman, maka barulah  dituntut untuk memperkuat imannya, memperbanyak harta, mempertinggi ilmu dan mencapai status social yang terhormat secara seimbang sehingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

KESEIMBANGAN DUNIA AKHIRAT

Dalam Do’a itu juga terkandung suatu makna, bahwa kaum Muslimin diperintahkan agar dapat memelihara keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Kaum Muslimin diperintahkan agar tidak mengejar kehidupan duniawi saja, tetapi juga memperhatikan kehidupan akhirat. Demikian pula sebaliknya, tidak hanya memperhatikan kehidupan akhirat saja, tetapi tidak juga melupakan kehidupa duniawi. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an yang menyatakan:
“Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kebahagiaan) dunia …” (Q.S. Al-Qashash:71)


Demikian pula Sabda Rasulullah menyatakan :
“beramallah untuk kepentingan duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan beramallah untuk kepentingan akhirat seakan-akan engkau akan mati besok”


Dalam Firman Allah Ta’ala dan Sabda Rasulullah itu kaum Muslimin juga dipersilahkan dengan seluas-luasnya untuk mengejar kehidupan duniawi, mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya, menuntut ilmu setinggi-tingginya dan mencapai status social yang lebih baik dan sebagiannya, tetapi diingatkan  agar jangan melupakan kehidupan akhirat.

Hal itu mengandung arti, bahwa harta kekayaan agar dapat memberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka harta kekayaan itu hendaknya dicari dan dikumpulkan dari hasil usaha yang halal dan yang diridhai Allah Ta’ala. Tetapi kalau harta kekayaan dicari dan dikumpulkan dari hasil usaha haram, yang tidak diridhai Allah Ta’ala, dari hasil judi, korupsi, suap, merampok, merampas hak orang lain dan sebagainya, maka sekalipun harta kekayaannya melimpah ruah, bertumpuk-tumpuk, bergudang-gudang, punya pabrik, punya peternakan, villa, istana dan sebagainya. Maka jangan pun kebahagiaan di akhirat, kebahagiaan di dunia saja tidak akan didapatkannya. Karena harta kekayaan yang dicari dan dikumpulkan dari hasil usaha yang haram, aka membuat si pemiliknya tidak tenang dan tetram, gelisah, khawatir dan sebagainya, yang menunjukkan bahwa dirinya tidak memperoleh kebahagiaan.

Demikian pula kaum Muslimin dipersilahkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya dan seluas-luasnya, sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasulullah. Namun agar ilmu itu dapat membawa kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat, ilmu itu hendaknya dipelajari dalam rangka melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala dan diamalkan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia. Bukan untuk  menimbulkan kerusakan, kehancuran, kejahatan, kezhaliman dan sebagainya. Bukan pula imu yang bertentangan dengan ajaran agama, sehingga orang menjadi lebih mengerti dan memahami serta dapat mengamalkannya. Ilmu yang demikian itulah yang dapat membawa kebahagiaan.
 
Sumber : MAJALAH ALMUSLIMUN Tahun 1406 H / 1986 M

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Find Us On Facebook

Tentang Penulis

Copyright © 2012. Coretan Tak Berdawat - All Rights Reserved B-Seo Versi 3 by Bamz